Tukang kayu mengangguk menyutujui permohonan pribadi pemilik perusahaan tersebut. Tetapi sebenarnya hati kecilnya menolak dan merasa terpaksa. Pikirnya, si pemilik perusahaan tidak mau rugi, bahkan saat-saat terakhir pun ia masih dipekerjakan. Hatinya tidak sepenuhnya tercurah pada pekerjaan rumah tersebut. Dengan bahan sekedarnya dan bekerja ogah-ogahan ia pun mengerjakan proyek tersebut. Alhasil, rumah pun selesai dengan hasil tak optimal. Ia telah mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak maksimal.
Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang di mintanya, sang tukang kayu lalu menyerahkan kunci rumah yang telah dibuatnya tersebut. Sang pemilik rumah menggucapkan terima kasih atas karya terakhirnya. Seraya menyalami sang tukang kayu, ternyata sang majikan (pemilik rumah) menyerahkan rumah yang telah dibangun oleh tukang kayu tersebut, “Ambillah, pakailah rumah ini untuk hari tuamu dan anggaplah ini sebagai ungkapan terima kasih perusahaan terhadap dedikasi dan loyalitasmu selama ini, ” demikian pemilik perusahaan menyampaikan kata-kata perpisahan.
Betapa terkejutnya si tukang kayu. Malu dan menyesal dirasakannya sewaktu menerima kunci rumah yang telah di buatnya sendiri. Seandainya ia tahu, bahwa rumah tersebut akan di berikan untuknya, tentu ia akan mengerjakannya dengan sungguh-sunguh.
----------------------------------------------------------------------